Ide dan aplikasi energi terbarukan dari energi matahari (energi surya) saat ini sudah semakin memasyarakat. Banyak penduduk di negara-negara di dunia yang berkampanye dan terlibat langsung dalam mengaplikasikannya di rumah masing-masing. Pemikiran utama dari ide ini adalah partisipasi masyarakat secara sukarela dan berdasarkan kemampuan finansial yang bersangkutan. Cara ini dipandang sangat layak dan mampu meningkatkan jumlah penggunaan solar cell.
Terobosan ini akan mengubah pemikiran kuno tentang pemanfaatan energi surya oleh masyarakat. Dahulu, pemikiran penggunaan energi matahari selalu dikaitkan dengan pembangkit dengan kapasitas besar. Akibatnya, kebutuhan solar cell atau panel surya sangat besar. Berikutnya, kebutuhan lahan untuk penempatan panel surya menjadi lebih luas juga.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan lebih memasyarakatnya penggunaan panel surya, harga panel surya menjadi lebih murah dan mudah di dapat. Disamping itu, penjualan ritel atau panel surya dalam skala kecil juga sudah dilirik oleh industri panel surya. Sekarang banyak toko yang menawarkan solar cell untuk rumah tangga. Sudah banyak masyarakat di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan negara-negara lainnya yang mulai memasang panel surya di atap rumah mereka. Ada yang memesan dalam jumlah yang banyak, ada pula yang sedikit. Pembelian disesuaikan dengan kemampuan finansial mereka.
Tren dunia ini mulai bisa dirasakan oleh masyarakat di Indonesia. Rinaldy Dalini, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) memaparkan, bahwa saat ini setiap rumah di Indonesia terbuka lebar kesempatan memperoleh listrik dari sinar matahari berupa energi matahari (energi surya). Rumah tangga di Indonesia bisa memasang panel surya sesuai kemampuannya. Mereka yang berminat bisa membeli panel surya di banyak toko, mulai toko off line (toko elektronik) maupun on line yang mudah di jumpai di internet.
Bahkan sudah banyak keluarga di Indonesia yang sudah menikmati listik dari sinar matahari. Berdasarkan data Dewan Energi Nasional sudah banyak keluarga di Indonesia yang memasang surya cell kurang dari 10 meter persegi. Partisipasi meningkat karena biaya pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sudah turun sekitar 90 persen dalam 10 tahun terakhir.
Rinaldi melanjutkan, saat ini ada produsen panel surya di Indonesia sudah banyak yang berani menawarkan solar sell untuk atap rumah berukuran 1 meter persegi dengan produksi listrik 100 watt per hari. Harga yang ditawarkan juga relatif murah, sekitar Rp2 juta saja. Penawaran inilah yang membuat energi matahari selain ramah lingkungan juga tidak lagi sebagai hal yang mahal. "Pasang solar cell di atap seukuran 1 meter persegi bisa hasilkan listrik 100 Watt. Sekarang ini kalau 1 meter persegi menghasilkan 100 Watt itu sekitar Rp 2-3 juta," kata Rinaldy, pada tahun 2015 lalu.
Semakin terjangkaunya listrik tenaga surya membuat masyarakat sangat tertarik. Sudah banyak rumah tangga di negara maju seperti Jerman, Jepang, dan Australia yang mengadopsi teknologi panel surya di atap rumah (solar cell roof top) dan bangunan-bangunan lainnya. Karena sudah murah, masyarakat di negara-negara berkembang yang ekonominya lebih rendah dibandingkan negara maju tidak mau kalah. Salah satu langkah maju juga telah dilakukan Malaysia. Pemerintah negeri jiran itu mengeluarkan kebijakan yang mendorong warga dan pengusaha untuk memasang panel surya di atap bangunan yang mereka miliki."Jepang dan Australia sudah menyatakan akan mengadopsi ini. Malaysia memberi insentif buat penduduk yang mau memasang," paparnya.
Secara kebijakan Indonesia, kata Rinaldy, tidak kalah dibandingkan Malaysia dan negara-negara lainnya. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga telah menyusun aturan feed in tariff. Melalui kebijakan ini, produksi listrik dari atap-atap rumah dan bangunan yang dihasilkan masyarakat akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau sering disingkat PLN. Berdasarkan aturan tersebut, PLN akan membeli produksi listrik ini dengan harga yang menguntungkan pihak yang memproduksi listrik dari energi matahari.
Berikutnya, untuk mendorong industri panel matahari bisa berkembang di Indonesia, Pemerintah telah mewajibkan perkantoran, jalan raya, dan rumah diatas Rp1 miliar untuk memasang PLTS di atap bangunan yang mereka miliki. Tujuannya, untuk meningkatkan permintaan atas panel matahari sehingga produsen fotovoltaik di indonesia bisa berkembang dan melakukan produksi yang masang. Ujung dari kebijakan ini adalah menjadikan harga panel surya di Indonesia semakin terjangkau. "Kita usul perkantoran, jalan raya, rumah di atas Rp 1 miliar wajib solar cell. Supaya industrinya tumbuh dan harganya turun," cetusnya.
Aplikasi yang saat ini marak di Indonesia masih sebagatas pemasangan PLTS untuk tujuan penerangan jalan. Kita bisa melihat banyak lampu penerangan jalan yang memiliki panel surya. "Sekarang sudah dipasang misalnya di lampu-lampu jalan," pungkasnya.
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
0 comments