Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil menyelesaikan persoalan pendanaan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang, Jawa Tengah. Jokowi telah menyaksikan penandatangan financial closing proyek pembangunan PLTU Batang, Jawa Tengah senilai US$ 4,2 miliar bersama proyek strategis di Istana Negara, Jakarta. Penandatangan itu merupakan keberhasilan kerja sama, baik di antara Kementerian/Lembaga ( K/L), maupun pemerintahan, perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah koordinasi Komite Percepatan Pembiayaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP).
PLTU Batang atau yang dikenal dengan Central Java Power Plant adalah proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha di sektor ketenagalistrikan pertama di Indonesia, dengan total investasi sebesar US$ 4,2 miliar. "Proyek ini memiliki nilai signifikan yang besar untuk Indonesia, karena merupakan proyek KPPU Listrik terbesar di Asia, dengan kapasitas 2X1.000MW yang menggunakan teknologi ultra super critical yang lebih efisien," kata Menko Perekonomian Darmin Nasution.
PLTU Batang adalah KPBU yang dipercayakan kepada PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), anak usaha PT Adaro Energy Tbk sebagai kontraktor pelaksana. Dari total investasi US$4,2 miliar atau setara Rp 52 triliun (kurs Rp 13.000 per dolar AS), BPI menanggung 20% biaya dan sisanya disediakan BUMN Jepang sebesar US$1,92 miliar (48% dari biaya investasi) dan konsorsium lainnyaUS$1,28 miliar (32%). PLTU Batang ditargetkan rampung dalam empat tahun dan bisa dioperasikan pada 2020. BPI merupakan konsorsium dari tiga perusahaan, yakni Electric Power Development Co Ltd (J-Power) sebesar 34%, PT Adaro Power (AP) 34%, dan Itochu Corporation (Itochu) 32%. Adapun PT Adaro Power merupakan anak perusahaan yang dimiliki seluruhnya oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO).
Pembangunan PLTU ini merupakan bagian dari program elektrifikasi Jawa-Bali, serta komitmen pemerintah untuk merealisasikan penyediaan listrik sebesar 35.000 MW dalam jangka waktu 5 tahun (2014-2019). Diharapkan, PLTU ini akan dapat beroperasi pada 2020 serta memasok kebutuhan listrik nasional yang kebutuhannya terus meningkat lebih dari 8% per tahun.
Berhasil Selesaikan Permasalahan
Presiden menjelaskan, proyek PLTU yang dibangun hasil kerjasama pemerintah dan swasta dengan nilai investasi lebih dari 4 Miliar dollar AS ini menjadi bukti bahwa pemerintah bisa menyelesaikan masalah dan memberikan jalan penyelesaikan masalah investasi. “Ini menjadi model dan kita berharap optimis bahwa problem-problem investasi bisa diselesaikan,” tegas Jokowi.
Presiden bangga proyek PLTU Batang yang mangkrak selama empat tahun, akhirnya dapat dibangun lagi. Bahkan, proyek senilai US$ 4,2 miliar yang ditetapkan pembangunannya pada 1986 itu, kini menjadi proyek pertama yang mendapat kesepakatan pembiayaan. Pembangunannya pun kini siap dikebut. “Disampaikan kepada saya sudah empat tahun terhenti pembangunannya. Ditanyakan ke saya bagaimana jalan keluarnya. Saat itu, saya berjanji dalam waktu enam bulan akan coba saya selesaikan,” kata Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (9/6).
Kesepakatan pembiayaan proyek PLTU Batang telah resmi diteken disaksikan langsung Presiden Jokowi beserta jajaran menteri Kabinet Kerja. Presiden Jokowi mengaku masalah pembebasan lahan menjadi faktor penghambat pembangunan proyek yang dibiayai Indonesia dan Jepang. “Ini adalah proyek Public Private Partnership pertama. Saya sampaikan juga ke pemerintah Jepang, saya akan berusaha menyelesaikan masalah ini karena sudah berhenti empat tahun. Janji saya enam bulan untuk menyelesaikan, ternyata meleset tidak selesai. Mundur 6 bulan lagi, tapi Alhamdulillah, kita lihat hari ini sudah selesai,” kata dia.
Presiden Jokowi mengungkapkan, kelanjutan proyek itu pernah ditanyakannya saat bertemu Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada KTT G-7 Outreach di Jepang, bulan lalu. “Saya sampaikan sudah selesai tugas saya menyelesaikan pembebasan lahan. Sekarang saya ganti bertanya kepada PM Shinzo, Financial Closing-nya kapan? Ternyata tadi sudah diselesaikan. Financial closing sudah diserahkan, artinya proyek ini berjalan meski sedikit terlambat dari janji saya. Mundur sedikit,” katanya.
PLTU Batang Tambah Cadangan 30%Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, pihaknya berharap pengerjaan pembangunan PLTU Batang bisa diselesaikan dalam tiga tahun ke depan. “Ini kan kontruksinya sudah dilakukan. Mudah-mudahan 36 bulan ke depan kontruksinya diselesaikan. Kalau teknisnya tetap jalan,” kata Sudirman.
Sudirman menjelaskan, dengan penyelesaian pembangunan PLTU ini, maka pemerintah bisa menambah pasokan listrik untuk sekitaran Pulau Jawa. Apalagi Pulau Jawa dengan jumlah penduduk dan perkembangan industri yang kian meningkat, membutuhkan pasokan listrik dengan reserve margin (cadangan untuk antisipasi) sebanyak 30%. “Kan kita bangun ini (PLTU Batang) dengan kapasitas 2x1.000 jadi ada 2.000 MW. Ini bisa menjaga pasokan Pulau Jawa,” kata Sudirman.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, PLTU Batang ini memang sudah lama dinantikan oleh pemerintah dan sudah lebih dari empat tahun mangkrak. Dengan kapasitas yang cukup besar, PLTU ini akan memberikan dampak yang besar pula.
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
0 comments