Pemerintah Dubai, melalui Otoritas Air dan Listrik Dubai (Dubai Water and Electricity Autority/DEWA) menargetkan sumbangan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada tahun 2050 mencapai 75 persen dari total kebutuhan listriknya. Target ini akan diselesaikan dalam pembangunan empat tahap. Teknologi PLTS yang dipiliha adalah menara pembangkit listrik tenaga surya berbasis turbin uap (solar power tower). Teknologi ini dianggap sesuai dengan kondisi Dubai yang relatif panas. PLTS ini akan dikelola oleh perusahaan listrik swasta dengan model Independent power producer.
"Keuntungan penting dari (panas tenaga surya yang terkonsentrasi) adalah bahwa panas thermal, yang digunakan untuk menghasilkan listrik dapat disimpan dengan mudah, yang memungkinkan pembangkit tetap menghasilkan listrik meskipun matahari telah terbenam," kata Pejabat DEWA Al Tayer.
Tahun 2013 lalu, Dubai telah membangun dan mengoperasikan PLTS 13 megawatt (MW) yang merupakan tahap pertama program tersebut. Pada tahap kedua akan dibangun PLTS berdaya 200 MW yang rencananya akan beroperasi pada tahun 2017. Tahap ketiga, akan dibangun PLTS berdaya 1.000 MW yang akan beroperasi pada 2020. Pada tahap akhir, atau tahap 4 akan dibangun PLTS dengan daya 5.000 MW. Tahap terakhir ini diharapkan bisa beroperasi pada 2030.
DEWA memaparkan, listrik dari menara pembangkit bisa digunakan untuk melistriki 800.000 rumah. Pembangkit tenaga surya ini akan mengurangi 6,5 juta ton emisi karbon gas rumah kaca per tahun. Proyek PLTS ini akan menyalip proyek PLTS terbesar didunia yang saat ini dipegang oleh pembangkit Noor-Quarzazate di Maroko. Pembangkit ini direncanakan akan beroperasi pada 2018.
Dalam pengumumannya, DEWA menyatakan proyek tahap kedua akan dibangun di Mohammed bin Rashid Al Maktoum Solar Park. Ini merupakan situs PLTS dengan teknologi Solar Power Tower terbesar di dunia. DEWA telah menerima lima penawaran dari perusahaan-perusahaan internasional untuk tahap kegiga sebesar 800 MW. Tawaran terendah tercatat 2,99 dolar Amerika Serikat per kilowatt (kW), atau penawaran terendah harga PLTS di seluruh bumi.
CEO DEWA, Saeed Mohammed Al Tayer menyebutkan, pembangunan PLTS ini merupakan bagian dari Dubai Clean Energi 2050. Dalam program ini, PLTS ditargetkan bisa menyumbang listrik sebesar 7 persen dari total kebutuhan listrik Uni Emirat Arab (UEA) pada 2020. Pada fase berikutnya, PLTS menyumbang 25 persen pada 2030 dan 75 persen pada 2050.
Proyek PLTS dengan teknologi Solar Power Tower terderi dari satu menara dan banyak cermin atau heliostat. Fungsi cermin adalah mengonsentrasikan panas matahari dan memantulkannya ke penerima panas di puncak menara. Masing-masing cermin dapat bergerak secara otomatis mengikuti pergerakan matahari sehingga panas yang terkonsentrasi menjadi maksimal.
"Pembangkit akan memiliki beberapa ribu heliostats yang terletak di sekitar menara . Fluida memindahkan panas kemudian digunakan untuk menghasilkan daya di turbin uap sehingga bisa menghasilkan listrik.""
Panas yang diterima di puncak menara digunakan untuk mencairkan garam. Garam cair ini berfungsi sebagai penyimpan energi panas . Garam cair dikenal bisa menyimpan panas dalam periode yang lama. Dengan teknologi yang lebih canggih, panas bisa disimpan lebih lama. Dengan lamanya proses penyimpanan, panas dapat digunakan meskipun matahari sudah terbenam.
"Proyek ini akan menggunakan penyimpanan panas selama 8012 jam sehari, sehingga secara teknis sangat ekonomis. Ini akan memberikan kontribusi untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi produksi, dan memenuhi persyaratan dari jaringan listrik. Ujung-ujungnya akan memberikan pasokan energi kelas dunia yang berkelanjutan untuk semua orang dalam hal tersediaan dan kehandalan. Ini akan berkontribusi untuk membuat Dubai sebagai kota dengan emisi karbon terendah di dunia pada tahun 2050"
Dalam pernyataan bersama antara HH Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum dan Mohammed Al Tayer dari Dubai Electricity & Water Authority (DEWA) disebutkan Dubai telah mengoperasikan fase kedua proyek PLTS dengan kapasitas 200 MW. Proyek PLTS fase 2 ini merupakan pembangkit tenaga surya terbesar di Timur Tengah. Apalagi ini dilakukan oleh listrik swasta atau sering disebut sebagai model Independent Power Producer (IPP).
Proyek PLTS fase 2 ini merupakan kemitraan antara DEWA dan konsorsium yang dipimpin oleh ACWA Power dari Arab Saudi. Kontraktor dari proyek ini adalah TSK dari Spanyol, sebagai kontraktor utama. Nilai investasi yang telah digelontorkan AED sebesar 1,2 miliar. Fase ini dapat menghasilkan energi bersih untuk 50.000 tempat tinggal di Dubai, dan akan mengurangi 214.000 ton emisi karbon setiap tahunnya. Fase ini memasang 2,3 juta panel surya fotovoltaik seluas 4,5 kilometer persegi dengan menghemat 1,5 juta jam kerja tanpa adanya kecelakaan kerja saat pelaksanaan proyek. Shuaa Energy 1, yang didirikan oleh DEWA bersama dengan ACWA Power, dan TSK telah berhasil menyelesaikan pekerjaan secara efisien dan profesional.
Proyek fase kedua ini mendapatkan perhatian dari dunia internasional dan menjadi sasaran studi karena menggunakan model IPP yang tidak mendapatkan subsidi. Pembelian listrik yang dihasilkan oleh PLTS fase dua di kisaran USD 5,89 sen per kilowatt hour (Kwh), atau yang terendah di dunia dalam hal harga listrik untuk energi terbarukan, khususnya energi surya. Kontrak pembelian (PPA) dilaksanakan selama 25 tahun.
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
Proyek fase kedua ini mendapatkan perhatian dari dunia internasional dan menjadi sasaran studi karena menggunakan model IPP yang tidak mendapatkan subsidi. Pembelian listrik yang dihasilkan oleh PLTS fase dua di kisaran USD 5,89 sen per kilowatt hour (Kwh), atau yang terendah di dunia dalam hal harga listrik untuk energi terbarukan, khususnya energi surya. Kontrak pembelian (PPA) dilaksanakan selama 25 tahun.
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
0 comments