Impor BBM (impor bahan bakar minyak), diantaranya impor bensin (impor premium) dan impor solar atau minyak diesel bebas atau hilang dari bumi pertiwi pada tahun 2023. PT Pertamina (Persero) menyatakan bahwa upaya peningkatan produksi kilang dan pembangunan kilang baru yang diupayakan bersama pemerintah menjadi penyebabnya. Peningkatan kilang dilakukan BUMN migas tersebut dengan memodifikasi Kilang Cilacap, Kilang Balikpapan, Kilang Balongan, dan Kilang Dumai. Selain itu, Pertamina juga akan membangun kilang baru, yaitu Kilang Tuban dan Kilang Bontang. "2023 kita tidak perlu lagi impor BBM, termasuk gasoline. Solar (produksi solar) malah lebih," kata Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina di Pertamina Energi Forum 2016 (14/12/2016).
Berdasarkan perhitungan Pertamina, tren konsumsi bensin (gasoline) Indonesia periode 2012 hingga 2025 mengalami pertumbuhan 8 persen pertahun dan solar memiliki pertumbuhan 5 persen pertahun. Dengan asumsi ini maka angka kebutuhan BBM tahun 2023 tercatat 2 juta barel per hari. Sementara, upaya peningkatan produksi akibat modifikasi dan pembangunan kilang baru membuat Indonesia memiliki produksi 2 juta barel per hari.
Rincian Penambahan Kapasitas Kilang Indonesia
Rincian upaya peningkatan adalah sebagai berikut; proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Kilang Balikpapan akan menambah kapasitas kilang nasional sebesar 100.000 barel per hari (bph). Rencananya, RDMP Kilang Balikpapan tahap pertama akan dilakukan pembangunan awal (ground breaking) pada tahun 2017. Proses pembangunan RDMP Kilang Balikpapan dijadwalkan selesai pada tahun 2019. Penambahan dari Kilang Balikpapan membuat total kapasitas kilang Indonesia pada tahun 2019 menjadi 1,1 juta barel per hari.
Kedua, pelaksanaan proyek Grass Root Refinery (GRR) kilang Tuban Jawa Timur yang memiliki kapasitas 300.000 bph akan dimulai pada tahun 2018. Dalam GRR Kilang Tuban, Pertamina bermitra dengan Rosneft yang merupakan perusahaan raksasa migas asal Rusia. Proyek ini dijadwalkan bisa tuntas pada tahun 2022. Sehingga, pada 2022 kapasitas kilang nasional menjadi 1,4 juta barel per hari.
Penambahan ketiga, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) pada refinery unit (RU) Kilang Cilacap. Proyek antara Pertamina dengan Saudi Aramco ini akan meningkatkan kapasitas kilang Indonesia menjadi 1,42 juta barel per hari pada tahun 2022. Keempat, penambahan produksi akan disumbang dari RDMP Kilang Dumai. Kelima, Kilang Balongan dilakukan RDMP juga. Keenam, GRR Kilang Bontang dengan kapasitas 300.000 bph. Keenam langkah ini menjadikan total produksi kilang Indonesia menjadi 2 juta barel per hari. "Akhir 2023, (kapasitas kilang) mencapai 2 juta bph, konsumsi masyarakat juga 2 juta bph," ungkap Rachmad dengan optimis.
Sementara itu berbeda dengan Pertamina, menurut Kementerian ESDM sekalipun 4 proyek RDMP dan 2 proyek GRR berhasil diselesaikan Pertamina pada 2023, kebutuhan bensin (gasoline) di dalam negeri tetap belum terpenuhi. Hanya minyak diesel (solar) saja yang sudah tidak perlu impor mulai 2023.
Sementara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, produksi gasoline Indonesia pada 2024 saat seluruh proyek kilang Pertamina selesai memang nyaris mengimbangi konsumsi nasional, yaitu 763.000 barel per hari (bph), sedangkan konsumsi saat itu 776.000 bph. Tapi konsumsi gasoline tumbuh terus sehingga pada 2025 dan seterusnya Indonesia harus impor BBM lebih besar lagi. Pada 2025 saja, kebutuhan gasoline di dalam negeri sudah 810.000 bph, lalu naik menjadi 844.000 bph di 2026, dan terus melonjak hingga 994.000 bph pada 2030. Sementara produksi tetap 763.000 bph.
Yang sudah terpenuhi baru minyak diesel alias solar saja. Pada 2023, produksi solar sudah 608.000 bph, seimbang dengan konsumsi nasional. Bahkan pada 2024, produksi solar mencapai 916.000 bph, jauh di atas kebutuhan dalam negeri yang sebesar 620.000 bph.
Pertamina dan Aramco Perkuat Kerja Sama
Chief Executive Officer (CEO) Pertamina dan CEO Saudi Armaco telah sepakat akan mendirikan perusahaan patuangan atau Joint Venture (JV) untuk kerja sama peningkatan kapasitas kilang milik BUMN migas Indonesia. Dijadwalkan, kedua CEO dari BUMN migas Indonesia dan BUMN migas Arab Saudi tersebut akan menandatangani kesepakatan pembentukan perusahaan patungan pada 22 Desember mendatang. Rachmad Hardadi menyebutkan akan ada pertemuan kedua perusahaan untuk pengembangan kilang di Indonesia.
"Tanggal 22 Desember akan ada kesepakatan soal joint venture dengan Saudi Aramco Tapi belum tahu (kilang yang mana), nanti kita bicarakan. Kan Aramco pegang tiga konsesi, Cilacap (kilang Cilacap), Balongan (Kilang Balongan), dan Dumai (Kilang Dumai)," kata Rachmad..
Berdasarkan informasi dari Kementerian ESDM, Saudi Aramco memiliki hak konsisi Refinery Development Master Plant (RDMP) di tiga kilang di Indonesia, yaitu Kilang Cilacap, Kilang Balongan, dan Kilang Dumai. BUMN Saudi Arabia tersebut menginginkan pengerjaan RDMP ketiga kilang tersebut dilakukan bertahap. Sementara, pihak Pertamina menginginkan RDMP ketiga kilang tersebut dilakukan secara bersamaan atau pararel.
Perkembangan terakhir, dari keiga kilang tersebut hanya Kilang Cilacap yang paling siap sehingga bisa dilanjutkan pada tahap pembentukan perusahaan joint venture. Pelaksanaan Head of agrement (HoA) telah dilakukan pada 26 November lalu. Sementara, HoA untuk Kilang Dumai dan Kilang Balongan telah kedaluarsa karena tenggat waktunya sudah melebihi satu tahun.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama Pertamina, Ahmad Bambang membeberkan, antara Saudi Aramco dan Pertamina selalu menjalin komunikasi dengan baik. Untuk kerja sama di kilang Dumai dan Balongan akan di-off dulu. Namun tetap saja, Rachmad enggan menyebutkan hal tersebut. "Saya belum bisa mendahului keputusan CEO yang masih akan dibicarakan pada 22 Desember 2016. Jadi tunggu beberapa hari keputusannya seperti apa," terangnya.
Yang jelas, kata Hardadi, salah satu fokus pertemuan dengan CEO Saudi Aramco itu akan membahas tentang pengembangan kilang Balongan. Kilang Balongan yang biasanya mendapatkan naphta dari Kilang Balikpapan akan kekurangan asupan naphta pada tahun 2019 yakni pada saat Kilang Balikpapan selesai proses upgrading. Untuk mengatasi hal tersebut, Hardadi menginginkan, secara paralel Pertamina mengebut pengerjaan pengembangan kilang Balongan. Sehingga saat kilang Balikpapan selesai proses upgrading, kilang Balongan juga selesai di-upgrade.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pihak Pertamina dengan Saudi Aramco sudah punya titik temu dalam perundingan mengenai joint venture. Kedua perusahaan minyak dan gas yang telah membentuk perusahaan joint venture ini pun telah menyepakati suplai minyak mentah (crude oil) yang akan diolah di kilang Cilacap, Jawa Tengah Menurut Dwi, kesepakatan ini tinggal mengurus admistrasi. Jadi, setelah join venture agreement, Pertamina akan mengerjakan feasebility study yang diharapankan selesai di periode Januari sampai Februari tahun depan.
Kemudian, dilanjutkan penyusunan desain basic engineering. Ditargetkan, groundbreaking sudah dilakukan akhir 2017. Dalam perusahaan patungan ini, Pertamina tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan saham sebesar 55%-60% untuk pembangunan kilang Cilacap. Sementara saham sisanya sebesar 40%-45% dipegang oleh Saudi Aramco, perusahaan migas terbesar dunia.
Kedua perusahaan pun siap menggelontorkan dan investasi sebesar US$ 5 miliar untuk proyek RDMP kilang Cilacap yang digadang-gadang oleh Pertamina akan menjadi kilang terbaik di Asia. Dengan komposisi US$ 2,2 miliar dari Saudi Aramco. Pertamina sendiri menargetkan proyek RDMP kilang Cilacap bisa ramping pada 2022. Jika proyek RDMP kilang Cilacap ini selesai maka kapasitas kilang akan meningkat hingga 370.000 bph dengan tingkat kompleksitas produk minyak yang lebih baik. "Selain Cilacap, ditargetkan kilang di Balikpapan selesai 2019, dan di Tuban tahun 2021," kata Dwi.
Yang jelas, kata Hardadi, salah satu fokus pertemuan dengan CEO Saudi Aramco itu akan membahas tentang pengembangan kilang Balongan. Kilang Balongan yang biasanya mendapatkan naphta dari Kilang Balikpapan akan kekurangan asupan naphta pada tahun 2019 yakni pada saat Kilang Balikpapan selesai proses upgrading. Untuk mengatasi hal tersebut, Hardadi menginginkan, secara paralel Pertamina mengebut pengerjaan pengembangan kilang Balongan. Sehingga saat kilang Balikpapan selesai proses upgrading, kilang Balongan juga selesai di-upgrade.
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pihak Pertamina dengan Saudi Aramco sudah punya titik temu dalam perundingan mengenai joint venture. Kedua perusahaan minyak dan gas yang telah membentuk perusahaan joint venture ini pun telah menyepakati suplai minyak mentah (crude oil) yang akan diolah di kilang Cilacap, Jawa Tengah Menurut Dwi, kesepakatan ini tinggal mengurus admistrasi. Jadi, setelah join venture agreement, Pertamina akan mengerjakan feasebility study yang diharapankan selesai di periode Januari sampai Februari tahun depan.
Kemudian, dilanjutkan penyusunan desain basic engineering. Ditargetkan, groundbreaking sudah dilakukan akhir 2017. Dalam perusahaan patungan ini, Pertamina tetap menjadi pemegang saham mayoritas dengan saham sebesar 55%-60% untuk pembangunan kilang Cilacap. Sementara saham sisanya sebesar 40%-45% dipegang oleh Saudi Aramco, perusahaan migas terbesar dunia.
Kedua perusahaan pun siap menggelontorkan dan investasi sebesar US$ 5 miliar untuk proyek RDMP kilang Cilacap yang digadang-gadang oleh Pertamina akan menjadi kilang terbaik di Asia. Dengan komposisi US$ 2,2 miliar dari Saudi Aramco. Pertamina sendiri menargetkan proyek RDMP kilang Cilacap bisa ramping pada 2022. Jika proyek RDMP kilang Cilacap ini selesai maka kapasitas kilang akan meningkat hingga 370.000 bph dengan tingkat kompleksitas produk minyak yang lebih baik. "Selain Cilacap, ditargetkan kilang di Balikpapan selesai 2019, dan di Tuban tahun 2021," kata Dwi.
Dwi pernah mengatakan, dalam investasi kilang, kebutuhan minyak sangat besar. Untuk kilang Cilacap saja nantinya dibutuhkan pasokan 370.000 barel per hari. Untuk itu, mayoritas suplai minyak mentah untuk kilang Cilacap akan dipasok oleh Saudi Aramco. Saudi Aramco siap menyuplai minyak hingga 70% dari kapasitas kilang Cilacap atau sekitar 260.000-270.000 barel per hari (bph).
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.
0 comments