ARAB SAUDI KEMBANGKAN PLTB DAN PLTS


Kerajaan Arab Saudi akhirnya memutuskan untuk kembangkan PLTS dan PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/PLTB), yang merupakan energi terbarukan. Keputusan Saudi ini mengukuhkan tren bahwa sumber daya minyak merupakan energi tak terbarukan yang memang harus dihemat penggunaannya. Seperti diketahui bahwa Saudi Arabia merupakan produsen minyak terbesar di dunia, Bahkah, pemerintah Saudi pada 2016 lalu menyatakan mampu memproduksi minyak sebanyak 12 juta barel per hari. Sementara produksi riil sekitar 10 juta barel per hari

Untuk pengembangan PLTS dan PLTB,  Kerajaan Arab Saudi mengucurkan dana investasi hingga 30-50 miliar dolar. Pihak Saudi berencana menggandeng pihak swasta untuk pembangunannya. Menteri Energi Saudi, Khalid Al-Falih mengatakan pengembangan energi terbarukan merupakan program  jangka panjang. Total kapasitas proyek energi terbarukan yang akan dibangun Saudi adalah 10 gigawatt (GW). Saudi berharap bisa menghemat minyak sebesar 80.000 barel minyak perhari dari proyek prestisius ini. "Kami tidak sekedar melaksanakan diversifikasi energi, tapi juga membangun kekuatan (energi terbarukan) sebagai pendorong pembangunan ekonomi," katanya.

Ada dua proyek PLTS yang segera ditenderkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Kedua proyek PLTS dan PLTB ini memiliki kapasitas 700 megawatt (MW). Para kontraktor energi terbarukan di dunia yang berminat bekerja sama dengan Saudi diminta menyerahkan dokumen tender pada 20 Maret 2017. Pemenang tender akan diumumkan pada 10 April 2017. Pada 17 April, pemenang tender bisa memulai proyek tersebut.

Dua proyek tersebut meliputi PLTS di Sakaka, di Al-Jouf, terdapat di wilayah utara dengan kapasitas 300 MW dan PLTB  400 MW di Midyan, Provinsi Tabuk. Saudi akan mendirikan divisi baru yang akan menangani secara khusus tender ini. Kerajaan Saudi akan menetapkan pembeli independen untuk semua pasokan listrik dari energi terbarukan ini. "Kontrak investasi energi terbarukan akan memotivasi produksi listrik dari sumber terbarukan dengan harga termurah di dunia," harapnya.

Al Falih menjelaskan, program membangun energi terbarukan merupakan program investasi yang menarik dan kompetitif.  Total kapasitas energi baru terbarukan yang akan dibangun Kerajaan Arab Saudi mencapai 10 gigawatt (GW). Rencananya, Saudi akan membangun PLTS, PLTB, dan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Proyek ini sangat besar. Akan menjadi yang terbesar di Timur Tengah, proyek pertama akan menggunakan pola private-public partership," ungkapnya.

Kendala Teknis
King Abdullah City for Atomic and Renewable Research (KA-CARE), Konsultan Kerajaan Saudi, mengatakan Saudi akan menggunakan dua teknologi dalam pengembangan PLTS, yaitu panel surya (photovoltaic/PV) dan pembangkit menara (concentrated solar power/CSP). Sebagian besar akan menggunakan CSP, dan PV akan melengkapi kekurangannya. Penerapan kedua teknologi ini di Saudi memiliki efisiensi yang rendah karena secara umum kondisi sangat kering. Tapi, intensitas matahari yang tinggi akan mengompensasi rendahnya efisiensi.

Teknologi CSP saat ini masih tergolong baru sehingga biaya investasi yang dibutuhkan lebih mahal dibandingkan PV. Untuk Saudi, CSP lebih cocok karena teknologi ini mampu menyimpan energi matahari selama berjam-jam. CSP memiliki keunggulan karena konsumsi energi untuk penyejuk udara (air conditioner/AC) di Saudi tetap tinggi di malam hari selama musim panas.

Kendala lain adalah tingkat debu yang tinggi. Saudi yang sebagian wilayahnya berupa gurun menghasilkan debu dengan intensitas tinggi. Berdasarkan perhitungan KA-CARE, potensi penurunan efisiensi akibat debu mencapai 10-20 persen.

Masalah Keekonomian
Landasan utama Saudi untuk melirik PLTS dan PLTB adalah pertimbangan ekonomi semata. Pada 2015-2016, Saudi mengalami defisit anggaran akibat harga minyak yang anjlok ke posisi terendah. Sebagai negara eksportir minyak ekonomi Saudi terguncang.  Kontribusi minyak terhadap APBN Saudi mencapai 25%. Hal lain yang mengkhawatirkan adalah tingkat konsumsi minyak masyarakat Saudi. Total komsumsi minyak domestik di Saudi diperkirakan 1/4 dari produksi, yaitu sekitar 3 juta barel per hari. Pada saat musim panas, konsumsi minyak Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD) di Saudi rata-rata 700.000 barel per hari. Suatu angka yang mengejutkan. Musim panas di Saudi berlangsung pada bulan Mei hingga September

Pembangunan PLTS dan PLTB diharapkan bisa menghemat penggunaan minyak sehingga ekspor minyak bisa dilakukan dengan porsi yang lebih banyak. Kerajaan Saudi juga telah mengeluarkan kebijakan agar masyarakatnya berhemat. Salah satunya, menaikkan harga energi dengan mengurangi subsidi. Berdasarkan perhitungan, meningkatkan efisiensi energi sebesar 4 persen selama setahun dapat menghemat 1 jutta barel per hari hingga tahun 2030.

Beberapa ekonom menilai langkah Saudi sudah pada jalurnya dan tepat. Salah satunya, Mario Maratheftis, Kepala Ekonom Standard Chartered.  Sudah saatnya setiap negara mengembangkan karena energi terbarukan bukan proyek yang mahal lagi. "Jika konsumsi dalam negeri besar, Saudi tidak memiliki cadangan untuk ekspor.

Tren Baru
Negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia terus mengikuti perkembangan energi dunia, dan ikut andil secara aktif menggunakannya. Negara-negara tersebut diantaranya, Amerika Serikat, Skotlandia, Uni Emirat Arab (UEA), Rusia, dan banyak lagi. Negara-negara Timur Tengah sebagai gudangnya eksportir minyak juga mengikutinya. UEA, Yordania, dan Maroko telah memulai bebarapa proyek energi terbarukan. UEA merupakan negara Timur Tengah yang paling getol membangun PLTS. Negara-negara ini menghemat minyak supaya bisa diekspor.

UEA merupakan salah satu model utama yang bisa ditiru. Program PLTS-nya sangat agresif, ditunjang kondisi negara tersebut yang lebih panas. Tahun 2013 lalu, Dubai telah mengoperasikan PLTS berkapasitas 13 MW. PLTS ini merupakan tahap pertama program energi terbarukan UEA. Pada tahap kedua, UEA akan membangun PLTS berdaya 200 MW, Insya Allah akan beropaerasi tahun 2017. Tahap ketiga, akan dibangun PLTS berdaya 1.000 MW yang akan beroperasi pada 2020. Pada tahap terakhir, atau tahap 4 akan dibangun PLTS dengan daya 5.000 MW dan beroperasi pada 2030. Bayangkan, berapa penghematan minyak yang bisa dihemat UEA dengan listrik 6.213 MW.

Ini merupakan langkah yang perlu menjadi perhatian Indonesia. Pemanfaatan energi terbarukan, terutama energi  surya (PLTS) dan energi angin PLTB merupakan satu hal yang tidak bisa dihindari. Hampir semua negara telah melakukannya. Ini merupakan era dimana energi akan beralih ke energi terbarukan, khususnya energi matahari dan energi angin. Indonesia jangan sampai ketinggalan karena energi fosil sebenarnya suatu komoditas yang berharga dan harus dihemat. Potensi energi fosil ke depan adalah memperkuat industri petrokimia.

Potensi Kerajaan Arab Saudi
Kerajaan Arab Saudi telah dikaruniai Allah SWT dengan potensi minyak bumi yang berlimpah. Saudi mampu memproduksi minyak 10 juta barel per hari. Dari produksi ini, 8,9 juta barel diekspor. Upaya peningkatan produksi dilakukan dengan investasi sebesar 71 miliar dolar. Targetnya, produksi bisa ditingkatkan dari 10 juta barel per hari menjadi 12 juta barel per hari pada 2015. Lapangan minyak baru diprediksi bisa menambah produksi sebesar 3,6 juta barel per hari. Lapangan baru tersebut meliputi Haradh, Khurais, Khusaniyah, Manifa, Zona Netral, Nuayyin, dan Shaybah (I II dan III).

Total cadangan minyak Saudi diperkirakan mencapai 259,9 miliar barel atau sekitar 24% dari total cadangan minyak dunia. 85 persen dari cadangan minyak ini belum melakukan produksi. Lapangan Ghawar adalah lapangan minyak terbesar di dunia dengan produksi 5 juta barel per hari.

Ekspor minyak dilakukan Saudi dengan menggunakan kapal super tanker ke kilang-kilang di seluruh dunia. Ada tiga pelabuhan utama di Saudi yang melayani ekspor minyak. Ras Tanura adalah pelabuhan terbesar dengan fasilitas loading minyak sebesar 6 juta barel per hari. Pelabuhan Raas Al-Jum'aymah yang terletak di pantai di kawasan teluk melaksanakan 75 persen dari total ekspor Saudi. Pelabuhan terbesar ketiga adalah Yanbu, yang terletak di Laut Merah.

Sementara, total komsumsi minyak saudi mencapai seperempat dari total porduksi, atau sekitar 3 juta barel per hari. Kerajaan Saudi sebelumnya menjual minyak lebih murah dibandingkan air. Di Saudi air harganya 1/2 dolar per galon. Saat ini tingkat konsumsi minyak di Saudi sudah melebihi Jerman, padahal Negeri Panser merupakan negara industri dan memiliki penduduk 3 kali lipat dibandingkan Saudi.

Oleh : Ahmad Senoadi
Dari berbagai sumber.

Load disqus comments

0 comments